Kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus merupakan hasil jerih payah para pejuang untuk membebaskan bangsa ini dari belenggu penjajahan selama 350 tahun. Berbagai cara dilakukan untuk mengusir penjajah, mulai dari berdiplomasi sampai bertempur hingga tetes darah terakhir. Salah satu teladannya adalah Malahayati, pahlawan nasional dari Tanah Rencong, Aceh.
Dukungan TNI Angkatan Laut bersama Marcella Zalianty sebagai inisiator gelaran ini mengangkat sosok Laksamana Malahayati dari Kesultanan Aceh menjadi inspirasi dalam membangun kekuatan maritim Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali mengatakan dari kisah hidup dan sejarah Laksamana Malahayati, ada banyak yang dapat dipelajari; di antaranya terkait penggunaan kekuatan berbasis maritim (sea power) dalam menjaga kedaulatan dan membangun perekonomian serta pembangunan infrastruktur maritim, diplomasi maritim, dan kekuatan armada laut. “Laksamana Malahayati menjadi bagian penting saat Aceh mencapai kejayaan melalui basis pengembangan maritimnya. Kita ketahui bersama, negara-negara maju yang memiliki pengaruh besar dalam percaturan politik dan perekonomian dunia saat ini adalah negara-negara yang telah membangun kekuatan maritimnya,” kata Muhammad Ali saat menyampaikan sambutan dalam acara Silaturahim Bincang Sejarah di KRI Banda Aceh-593, Dermaga Kolinlamil TNI AL, Jakarta, Jumat (18/8).
Lahir di Aceh Besar, 1 Januari 1550 dengan nama asli Keumalahayati, ia dikenal sebagai panglima armada laut berpangkat laksamana pertama di dunia yang mengabdikan dirinya untuk Kesultanan Aceh yang dipimpin Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil. Dalam sebuah pertempuran menghadapi bangsa Portugis di perairan Teluk Haru, Selat Malaka pada tahun 1586, ia kehilangan suaminya, Laksamana Tuanku Mahmuddin bin Said Al Latief.
Kenyataan itu tak dapat ia diterima dan bertekad untuk menuntut balas dengan membentuk Inong Balee, laskar perang berkekuatan 2.000 personel yang seluruh prajuritnya adalah perempuan. Salah satu kesuksesan terbesar pasukan Inong Balee pimpinan Laksamana Malayahati adalah mematahkan perlawanan armada Belanda yang dipimpin dua pengelana bersaudara, Cornelis de Houtman dan Frederik de Houtman.
Dalam rangkaian lanjutan kegiatan tersebut dan menyambut HUT TNI AL ke-78, kisah kepahlawanan singa betina dari Aceh itu akan diangkat kembali dalam bentuk seni pertunjukan teaterikal ‘Jalasena Laksamana Malahayati’ Kisah Heroik Perjuangan Laksamana Perempuan Pertama di Dunia yang akan diadakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 8-9 September 2023 mendatang.
Marcella Zalianty sebagai produser yang mengagas pementasan cerita heroik Laksamana Malahayati bahkan sebelum Malahayati di tetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 2017 lalu. Dalam perjalanannya terpikir inisiasi bahwa riset tersebut akan menarik jika dituangkan dalam seni pertunjukan pementasan teaterikal. Dengan menggandeng Jay Soebijakto sebagai pengarah artistik dan Iswadi Pratama selaku sutradara untuk mengangkat cerita Malahayati kedalam pertunjukan pementasan teater. Naskah ceritanya diangkat dari naskah film layar lebar dan hasil riset yang telah dilakukan oleh Marcella Zalainaty dan Keana Production. Pementasan ‘Jalasena Laksamana Malahayati’ ini juga melibatkan pemain film, pemain teater Koma, wayang orang Barata dan juga dari prajurit Kowal dan korps Marinir serta beberapa perwira tinggi TNI AL. Dukungan penuh dan kolaborasi dengan TNI AL pada pementasan ini tidak lepas dari sosok Malahayati yang merupakan Laksamana perempuan pertama di dunia yang telah berjuang sehingga Indonesia khususnya Aceh disegani dan menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara maritim yang kuat.
Selain pertunjukan teaterikal, Marcella telah lebih dulu mengangkat kisah heroik Laksamana Malahayati ini dalam wujud komik pada tahun 2018 lalu dan selanjutnya ia berharap dapat membuatnya ke dalam film layar lebar. “Malahayati merupakan sosok penting dan menarik. Dialah satu-satunya sosok wanita dalam sejarah armada laut nusantara yang sangat berpengaruh dalam politik militer kerajaan Aceh Darusalam. Malahayati hadir sebagai spirit perempuan yang merepresentasikan bukan lagi tanah yang menunggu dan menumbuhkannya, tetapi laut yang menyuarakan keberanian,” ucap Marcella yang akan memerankan sosok Laksamana Malahayati.
Jay Soebijakto didapuk sebagai pengarah kreatif artistik yang juga putra dari KASAL pertama, Laksamana Madya R. Soebijakto (1948) menyebutkan bahwa pementasan panggung teater mengambil setting Aceh tempo dulu termasuk menghadirkan di atas panggung replika kapal perang hampir seukuran aslinya dipadukan dengan videomapping. Sejumlah nama besar di dalam dunia seni pertunjukan kolosal ini turut terlibat seperti Iswadi Pratama (Sutradara), Hartati (penata gerak dan tari), Toto Arto (pengelola produksi), Nya Ina Raseuki atau Ubiet (pelantun lament), Retno Damayanti (perancang Kostum), Sari Majid (manager umum), Indra Perkasa (penata musik), Arswendi Bening (pemeran Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil), Aulia Sarah (pemeran Cut Limpah), Cut Mini (pemeran ibu Malahayati). (B-4)
Sumber : Mediaindonesia.com